Memaster burung kicauan jelas bukan pekerjaan yang instan. Butuh waktu dan proses agar burung dapat meniru suara yang sering diperdengarkan padanya. Tidak hanya itu saja, pemilik dan perawat juga harus mencermati empat faktor sebelum memaster burung kicauan, yaitu waktu yang tepat, kondisi burung, kondisi lingkungan sekitar dan karakter suara burung yang dimaster. Selengkapnya berikut ini uraiannya.
1. Cermati waktu aktif dan istirahat burung
Hal ini kerap menjadi permasalahan dalam memaster burung. Banyak kicau mania yang mengalami kegagalan atau proses pemasterannya terlalu lama, karena pemasteran dilakukan saat burung dalam kondisi aktif. Burung yang aktif tentu saja tidak fokus mendengar burung masterannya. Bahkan burung cenderung membalas atau menyahut suara masteran yang diputar dengan suara khas kicauannya. Kalau sudah terjadi hal seperti itu, mereka jadi enggan untuk mendengar yang akhirnya masteran tidak jadi masuk ke dalam memori burung.
Burung biasanya menjadi aktif pada waktu-waktu tertentu, misalnya pagi hari saat kondisi birahi atau siap kawin. Dalam kondisi tersebut jangan melakukan pemasteran, karena burung tidak akan fokus terhadap suara masterannya. Dalam hal ini pemilik/perawat harus bisa memperhatikan kapan waktunya saat burung sedang istirahat atau bersantai di atas tenggeran. Saat-saat seperti itulah pemasteran bisa dilakukan. Memperhatikan kapan waktu burung sedang istirahat atau bersantai, bisa dilakukan dengan cara memantau mereka secara rutin. Sekedar panduan, meskipun pada beberapa individu burung berbeda, burung akan lebih banyak beristirahat pada pukul 09.00 – 12.00, pukul 13.00 – 14.30 dan pukul 17.30 – 18.00.
Silahkan cermati lagi kebiasaan istirahat burung anda. Jika benar, maka waktu-waktu tersebut bisa dimanfaatkan untuk memaster burung. Jika ada yang meleset sedikit, entah sebelum atau sesudah jam-jam tersebut, anda juga harus menyesuaikannya.
2. Cermati kondisi burung
Burung yang sedang dalam kondisi kurang fit, baik karena kondisi kesehatan, kelaparan juga akan tidak bisa fokus atau berkonsentrasi penuh mendengar suara masteran. Meskipun burung dalam kondisi tidak aktif atau beristirahat, kondisi kurang fit akan membuat program pemasteran susah terekam dalam memori burung.
Hal ini tentu berbeda dari burung yang sedang mengalami masa mabung atau berganti bulu. Pada saat mabung burung lebih banyak diam, kondisinya ngedrop. Namun ini bukan gangguan kesehatan melainkan menjalani proses ilmiahnya. Pada saat sedang mabung, burung cenderung ingin beristirahat total dari segala aktifitas hariannya. Energi akan disimpan dan digunakan untuk merontokkan atau menumbuhkan bulu-bulunya. Pada saat mabung inilah, pemasteran sangat bagus untuk dilakukan.
Pemasteran pada saat mabung juga bisa membantu dalam menghilangkan isian suara mati atau suara setan, dan ingin mereset kembali suara isian yang dimiliki burung anda. Bagi burung yang isiannya sudah bagus, pemasteran selama mabung cukup dengan memperdengarkan suara masteran lama, atau bisa juga menambah dengan 1-2 variasi lain.
Namun pada burung yang mengalami gangguan kesehatan, diamnya adalah diam sakit. Biasanya ditandai dengan bulu-bulu yang mengembang. Burung juga dalam kondisi ngedrop, dan tidak mungkin bisa diberikan pemasteran. Untuk itu daripada melakukan pemasteran, lebih baik kita fokus pada penyembuhan atau pemulihan kesehatan dari burung tersebut.
3. Cermati kondisi lingkungan
Manusia lebih senang mendengarkan alunan musik favoritnya dalam suasana tenang, santai tanpa gangguan. Begitu pula burung kicauan. Burung akan lebih fokus mendengar suara masterannya jika lingkungan di sekitar tidak ramai, gaduh dan berisik. Dalam suasana tenang, kicauan master atau audio mp3 yang didengarnya akan terdengar lebih tajam, lebih jelas dan mudah dicerna untuk direkam dalam memorinya.
Jika anda berada di lingkungan yang setiap hari cenderung ramai, misalnya di dekat pos yang setiap hari sering dijadikan tempat berkumpulnya kawula muda untuk bernyanyi-nyanyi dengan sambil gitaran atau lokasi rumah anda di pinggir jalan raya yang penuh dengan suara klakson, maka alternatif yang aman adalah meyediakan ruangan khusus untuk pemasteran burung. Ruangan tersebut bisa memanfaatkan kamar kosong, atau ruangan yang tidak terpakai. Dengan begitu burung akan lebih fokus mendengarkan suara masterannya.
4. Cermati karakter suara burung
Hal ini juga harus menjadi perhatian dalam pemasteran burung. Dengan memahami karakter suara burung yang akan dimaster, kita bisa memberikan suara masteran yang tepat. Meskipun burung berkicau umumnya memiliki kemampuan meniru suara burung lain, tetapi level kepintarannya tidak selalu sama. Ada burung yang sanggup meniru ratusan bahkan ribuan jenis suara (termasuk suara non-burung), misalnya samyong dan brown thrasher. Burung-burung ini bisa disebut memiliki kemampuan mimikri yang hebat.
Ada juga yang pandai meniru puluhan suara burung lain, misalnya cucak hijau dan cucak hijau mini, tetapi levelnya masih di bawah samyong. Bahkan dua ekor burung dari spesies yang sama bisa memiliki suara yang berbeda. Kacer misalnya, ada yang mempunyai tipe nembak, ada yang bertipe ngerol, da nada yang bertipe roll tembak. Perbedaan tipe/karakter suara burung akan mempengaruhi kemampuan burung dalam merekam suara masterannya.
Apabila anda kebetulan ingin memaster burung tetapi anda tidak tahu apakah suara masterannya dapat diterima atau sesuai dengan karakter suara burung, merangkai audio mp3 yang digabungkan dalam satu file adalah cara yang termudah. Anda bisa mengambil beberapa suara kicauan burung tertentu, misalnya 3-4 suara burung yang berbeda, kemudian digabung jadi satu file. Ini akan menjadi audio kompilasi yang memudahkan dalam pemasteran. Mungkin 1-2 suara yang tidak masuk, karena memang tidak bisa diterima memori burung.
Media Liputan Indonesia
DIATUR OLEH UNDANG - UNDANG PERS
No. 40 Thn. 1999 Tentang Pers
HAK JAWAB- HAK KOREKSI-HAK TOLAK
Kirim via:
WhatsApps / SMS:08170226556 / 08123636556
Email Redaksi:
NewsLiputanIndonesia@gmail.com
PT. LINDO SAHABAT MANDIRI
Tunduk & Patuh Pada UU PERS.
Komentar