Liputan Indonesia || Surabaya - Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) pusat Jakarta sebelumnya sudah mengingatkan untuk semua pihak menjaga lingkungan guna menghadapi dampak bencana hidrometeorologi akibat La Nina dan musim hujan. Dijelaskan bencana hidrometeorologi bukan hanya disebabkan oleh La Nina atau curah hujan yang tinggi, tapi juga daya dukung dan daya tampung lingkungan berperan penting.
Ilegal mining salah satunya, terdapat perusakan dampak lingkungan yang menyebabkan masyarakat sekitar terdampak. Upaya penutupan tambang ilegal yang di lakukan Polda Jawa Timur di Desa Bedewang, Kecamatan Songgon, Kabupaten Banyuwangi.
Sebut saja CM (inisial.red) merupakan seorang petani Desa Bedewang, dirinya menyampaikan kegelisahaanya terhadap para penambang yang mencemari sawah ataupun perkebunan.
"Saya kesel mas, sampai bertengkar terus karena air jadi keruh. Mau nyemprot tumbuhan airnya keruh lumpur. Udah ditutup semua saja, walaupun yang ada Izin nya," kata CM, Rabu (17/11/2021).
Dikonfirmasi Kabid Humas Polda Jatim, Kombes Pol Gatot Repli Handoko, penegakan hukum akan terus dilakukan.
"Penindakan dilakukan Polda Jawa Timur dan jajaran terus dilakukan," kata KBP Gatot Repli Handoko, (17/11).
Sebelumnya, Polda Jawa Timur melalui Subdit Tipidter Ditreskrimsus terpaksa melakukan penutupan tambang galian C sirtu (pasir dan batu) ilegal, di Badaweng, Kabupaten Banyuwangi.
Terkait adanya dugaan illegal mining UU minerba, berdasarkan informasi di lapangan inisial CL (red.) menyampaikan bahwa Polda Jawa Timur telah menindak tambang milik terduga Awi di Banyuwangi.
Ditambahkan Direktorat Reserse Kriminal Khusus (Dit Reskrimsus) Polda Jatim, Kombes Pol Farman menyampaikan sesegera mungkin, akan melakukan penindakan.
"Baik kami turunkan Tim dan perintahkan Kasat untuk turun," kata perwira lulusan Akpol 1996 yang berpengalaman dalam bidang reserse ini.
Diketahui, BMKG mencatat saat ini 20 persen wilayah Zona Musim di Indonesia telah memasuki musim hujan dan juga terpantau adanya La Nina lemah yang diperkirakan akan bertahan sampai Februari 2022.
Fenomena La Nina yang dipengaruhi oleh anomali suhu muka laut di Samudra Pasifik bagian tengah dengan wilayah perairan Indonesia, sehingga suhu muka laut di wilayah Indonesia menjadi lebih hangat.
Saat ini terpantau anomali tersebut telah melebihi ambang batas terjadinya La Nina yaitu 0,5, tercatat sudah minus 0,61 pada dasarian I (10 hari pertama) Oktober 2021. La Nina meningkatkan aliran massa udara basah sehingga meningkatkan curah hujan.
Penulis : Tjandra
Baca juga:
"Berita Terbaru Lainnya"
"Berita Terbaru Lainnya"
Media Liputan Indonesia
DIATUR OLEH UNDANG - UNDANG PERS
No. 40 Thn. 1999 Tentang Pers
HAK JAWAB- HAK KOREKSI-HAK TOLAK
Kirim via:
WhatsApps / SMS:08170226556 / 08123636556
Email Redaksi:
NewsLiputanIndonesia@gmail.com
PT. LINDO SAHABAT MANDIRI
Tunduk & Patuh Pada UU PERS.
Komentar