Sejak mewarisi ‘kerajaan’ real estat dari ayahnya lebih dari 10 tahun lalu, pundi-pundinya terus bertambah.
Namun, keadaan mulai berubah pada 2022. Berdasarkan perhitungan Bloomberg Billionaires Index, kekayaan Yang menyusut hingga 52% selama setahun terakhir.
Kekayaan Yang, menurut Bloomberg, merosot dari hampir US$24 miliar menjadi US$11 miliar (sekitar Rp162 triliun) tahun ini di tengah semakin anjloknya krisis bisnis properti di China.
Kondisi ini diperburuk oleh aksi nasabah yang mogok membayar cicilan properti serta sebanyak 30 perusahaan real estat yang mengalami jatuh tempo utang.
Evergrande, salah satu perusahaan real estat utama di China, gagal bayar utang hingga US$300 miliar (Rp4.427) tahun lalu.
Sejumlah analis ekonomi menilai hal ini bukan hanya pertanda memburuknya pasar real estat China, tapi juga masa depan perekonomian terbesar kedua di dunia.
Keadaan tersebut tentu mempengaruhi Yang Huiyan mengingat properti merupakan bisnis utamanya.
Namun siapa sebenarnya Yang Huiyan dan bagaimana dia bisa menyandang predikat sebagai perempuan terkaya di Asia?
Sang pewaris kekayaan
Yang Huiyan lahir pada 1981 di Shuntak, sebuah distrik di Kota Foshan, Provinsi Guangdong. Dia adalah putri salah satu pria terkaya di China, Yang Guoqiang.
Saat remaja, Yang Huiyan dikirim ke Amerika Serikat untuk mengenyam pendidikan tinggi. Dia lulus pada 2003 dengan gelar sarjana dari Ohio State University.
Sepulangnya di China, Yang pada 2007 menerima mayoritas saham Country Garden Holdings dari ayahnya.
Country Garden Holdings, yang didirikan pada 1992 di Guangzhou, adalah pengembang real estat terbesar di China diukur dari penjualan. Perusahaan itu meraih sekitar US$1,6 miliar setelah penawaran saham perdana (IPO) di Hong Kong—jumlah yang juga digalang Google saat meluncurkan IPO di AS pada 2004.
Besarnya kekayaan Yang Huiyan dari Country Garden Holdings membuat perempuan itu menjadi pusat perhatian baik di dalam China maupun di mancanegara, walau dia jarang muncul di hadapan publik dan menjaga keprivasiannya.
Salah satu sorotan terhadap Yang Huiyan adalah ketika bocoran dokumen hukum pada 2018 menunjukkan bahwa dia mendapat kewarganegaraan Siprus meski China tidak mengakui dwikewarganegaraan.
Dirundung masalah
Para pengamat pasar dan bisnis di China kerap menggambarkan Yang Huiyan sebagai perempuan kreatif yang jeli melihat peluang meraup profit.
Pada Juni tahun lalu, International Hospitality Institute menempatkan dia dalam daftar orang-orang berpengaruh di dalam industri hospitality dunia.
Meski demikian, bisnis yang dijalankan Yang Huiyan mulai menunjukkan tanda-tanda melemah.
Sejak 2020 situasi pasar real estat di China mulai kewalahan, bukan hanya akibat pandemi Covid-19 melainkan juga aparat China berupaya menghentikan utang berlebih di sektor real estat.
Akibatnya, perusahaan-perusahaan kontruksi besar kesulitan membayar utang dan terpaksa merundingkan kembali pinjaman mereka dengan para kreditur.
Krisis memburuk ketika Evergrande, perusahaan real estat yang paling banyak berutang di China, gagal membayar utang mereka pada akhir 2021 setelah berbulan-bulan mengalami masalah likuiditas.
Keadaan tersebut terus bergulir. Tahun ini, sejumlah pengembang besar lainnya, termasuk Kaisa dan Shimao Group, bernegosiasi dengan para kreditur.
Krisis tak berhenti di situ. Beberapa pekan terakhir ribuan nasabah melakukan aksi mogok membayar cicilan karena para perusahaan real estat tidak kunjung melanjutkan proyek konstruksi.
Semuanya ini membuat Country Garden, yang berhasil bertahan pada masa-masa awal pandemi, menghadapi masalah likuiditas pula hingga terpaksa menjual saham dengan harga diskon hampir 13% untuk menggalang dana.
Keadaannya memang tidak menggembirakan bagi Yang Huiyan dan industri properti secara keseluruhan di China.
Dalam laporannya akhir Juli lalu, S&P selaku lembaga pemeringkat kredit memperkirakan penjualan properti di China bisa merosot hingga sepertiga tahun ini akibat aksi mogok membayar cicilan.
Sementara itu, Capital Economics, perusahaan riset ekonomi indepenen yang berbasis di London, mengestimasi bahwa “tanpa penjualan, makin banyak pengembang yang kolaps dan menimbulkan ancaman keuangan serta ekonomi“ kepada China.
Penulis : one
Media Liputan Indonesia
DIATUR OLEH UNDANG - UNDANG PERS
No. 40 Thn. 1999 Tentang Pers
HAK JAWAB- HAK KOREKSI-HAK TOLAK
Kirim via:
WhatsApps / SMS:08170226556 / 08123636556
Email Redaksi:
NewsLiputanIndonesia@gmail.com
PT. LINDO SAHABAT MANDIRI
Tunduk & Patuh Pada UU PERS.
Komentar